Rabu, 25 April 2012

Mungkinkah manusia berkembang biak secara vegetatif?


PENDAHULUAN

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dewasa ini harus diakui telah terjadi dengan begitu luar biasa. Sebagai dampaknya, Iptek telah menjadi sebuah alat transformasi peradaban maupun kebudayaan manusia, baik yang berdampak positif maupun negatif.

Kenyataan akhir yang sangat menggembirakan muncul dari pesatnya perkembangan bioteknologi. Sebagai bentuk aplikasi dari Biologi, Bioteknologi ternyata telah secara mengejutkan memperlihatkan potensinya yang dahsyat sebagai berkah Ilmu Pengetahuan sekaligus ancaman penyalahgunaannya.



Sejauh ini Bioteknologi telah memberikan harapan baru. Bioteknologi melalui rekayasa genetika bukan saja akan menghasilkan tomat yang begitu subur sehingga terdapat ratusan buah dalam sebatang pohonnya, jagung yang lezat rasanya, panen padi yang cepat dengan bulir-bulir yang bernas tetapi juga menjadi alat untuk, misalnya memanipulasi sifat-sifat genetika hewan dan manusia sehingga dapat menimbulkan disharmoni yang berakibat pada bencana kemanusiaan yang tidak kalah hebatnya dengan kecelakaan nuklir, (Nurchalis Bakry, 1996.h'1)

Terlepas dari pertimbangan berbagai dampaknya baik positif maupun negatif, Bioteknologi menjanjikan berbagai kemungkinan yang bahkan kelihatannya mustahil sekalipun. Bioteknologi juga mampu memberikan pilihan- pilihan yang sesuai dengan keinginan dan selera kita.

Sifat dasar dari manusia adalah selalu menginginkan sesuatu yang terbaik bagi dirinya terutama dan bagi lingkungannya. Misalnya dalam bidang pangan manusia menginginkan padi yang berumur sependek mungkin dengan kualitas dan rasa yang sebaik mungkin, buah-buahan yang rasanya enak, besar tanpa biji dan sebagainya. Untuk generasi penerusnya manusia ingin selalu ingin mempunyai ketururan yang sesempurna mungkin; cantik, gagah, genius, berbadan sehat, tahan penyakit, berkepribadian mantap dan segala sifat kesempurnaan manusia (perfect man). Demikian pula hal-hal lainnya, manusia selalu menginginkan suatu sifat kesempurnaan dan jika sudah mendapatkan individu yang di inginkan baik itu berupa hewan piaraannya maupun tumbuhan tanamannya bahkan individu manusia itu sendiri, maka manusiapun berkeinginan individu tersebut mempunyai keturunan yang persis sama seperti induknya itu.

Pada perkembangbiakan tumbuhan dan hewan hal itu mungkin tidak terlalu jadi masalah. Perkembangbiakan secara generatif menghasilkan keturunan yang merupakan gabungan sifat kedua induknya. Penggabungan sifat-sifat induk jantan dan induk betina (parental) akan menghasilkan keturunan dengan sifat baru. Dengan teknik hibridisasi kita dapat mengawinkan dua individu dengan sifat tertentu yang kita inginkan (harapkan). Perkembangbiakan secara vegetatif memungkinkan kita untuk mendapatkan keturunan yang paling tidak hampir sama dengan induknya.

Perkawinan antara Mirabilis jalappa berbunga merah dengan Mirabilis jalappa berbunga putih mungkin saja menghasilkan Mirabilis jalappa berbunga merah jambu. Tetapi perbanyakan Mirabilis jalappa berbunga putih dengan stek hampir pasti menghasilkan Mirabilis jalappa berbunga putih.

Perkawinan antara ayam hutan dengan ayam kampung akan menghasilkan species baru yang bermutu baik yang kita kenal dengan nama 'Bekisar'. Demikian pula perkawinan antara orang Indonesia berkulit sawo matang dengan orang Eropa berkulit putih akan menghasilkan anak yang 'lebih baik kualistasnya' yang kita kenal dengan 'Anak Indo (blasteran)'.

Sekarang permasalahannya, jika kita sudah mendapatkan satu jenis individu - terutama hewan dan manusia - yang prototipenya sudah sesuai dengan keinginan kita, bagaimana kita mengembangbiakkannya agar bentuk dan sifa-sifatnya sama persis dengan induknya?

Kalau jenisnya hewan (di luar species manusia) maka hal itu sudah berhasil dilakukan. Kelahiran "Dolby" sang domba hasil kloning merupakan bukti bagi kita bahwa hal itu mungkin saja dilakukan terhadap hewan-hewan lain. Demikian pula hewan air Hydra sp yang secara alamiah berkembangbiak secara tunas vegetatif.

Secara morfologis struktur tubuh dan organ pada manusia tidak jauh beda dengan hewan lain terutama pada kelas mammalia. Dengan demikian pertanyaan di atas dapat kita tujukan kepada obyek manusia juga, sehingga menjadi : "Bisakah manusia dibiakkan secara vegetatif, misalnya dengan cara bertunas atau dicangkokkan? "

Pertanyaan tersebut mungkin akan menjadi sangat sensasional dan bahkan ekstrim dan kontradiktif, karena memang sifat sombong dan angkuh manusia yang tidak mau disamakan dengan hewan. Oleh karena itu permasalahan perlu kita batasi ruang lingkup pembahasannya, yaitu berkisar pada sudut pandang analisa sainsnya dan tidak melihat dari sudut pandang norma-norma maupun dampak positif negatifnya.

BEBERAPA FENOMENA ALAM MEMBERI ISYARAT

Sebagai bukti bahwa permasalahan tersebut mungkin bisa terjadi, berikut ini kita lihat beberapa fenomena alam, baik yang sudah dibuktikan secara fakta maupun yang bersifat teori (pemikiran) atau bahkan legenda.

1. Evolusi kimia sebagai dasar terbentuknya kehidupan

Oparin pada bukunya "Asal Mula Kehidupan", mengemukakan bahwa atmosfir bumi mula-mula memiliki air, metan, dan amonia. Zat-zat tersebut mengalami serangkaian perubahan menjadi bentuk koloid yang disebut koaservat yang berisi campuran makromolekul yang sangat penting bagi kehidupan seperti protein, lemak, asam nukleat dan sebagainya. Koaservat ini belum merupakan mahluk hidup, tetapi bertingkah laku mirip dengan sistem Biologi melalui seleksi alam dan akhirnya mampu melakukan reproduksi dengan fragmentasi (anonim, 1996)

Senyawa-senyawa tersebut dalam proses evolusi selanjutnya membentuk sebuah sel purba sebagai cikal bakal adanya mahluk hidup. Sel purba ini kemudian berkembang sesuai dengan lingkungannya sehingga membentuk cabang-cabang mahluk hidup seperti kita kenal sekarang ini.

Dengan demikian kita bisa menarik kesimpulan bahwa pada dasarnya semua mahluk hidup asalnya dari satu sel purba tersebut. Sehingga tentu saja akan memiliki sifat-sifat yang pada dasarnya sama.

Seandainya dengan suatu teknik tertentu kita bisa menarik garis evolusi itu mundur ke belakang (evolusi balik) maka kita akan bertemu pada satu titik temu mahluk hidup yang kita inginkan. Misalnya manusia dan tumbuhan kita tarik evolusinya ke belakang sampai bertemu pada satu titik moyang dimana keduanya memiliki sifat yang sama. Sehingga kalau tumbuhan bisa berkembang biak secara vegetatif (misalnya bertunas) mengapa manusia tidak?

2. Sel manusia dan tumbuhan pada dasarnya memiliki struktur dan komposisi yang sama

Mac Schleiden dan Theodore Schwan (1839) merumuskan 'teori sel' yang mengatakan : Sel adalah unit dasar kehidupan. Sel berasal dari sel yang telah ada sebelumnya. Ini berarti setiap sel yang ada sekarang di bumi berasal dari sel yang telah ada di masa purba, (Wildan Yatim, Drs., 1987, h:9).

Secara umum sel dibina atas 3 komponen utama yaitu :

(1). Membran,
(2). Plasma, dan
(3). Inti.

Di dalam plasma sel (sitoplasma) terdapat organella-organella sel seperti retikulum endoplasma, ribosom, mitokondria, badan golgi, lisosom, sentrosom, vacuola, plastida dan inti. Antara hewan dan tumbuhan memiliki beberapa perbedaan komponen misalnya pada membran sel yang terbungkus dinding, plastida, dan vacuola.

Umumnya tumbuhan memiliki dinding sel sedangkan hewan tidak memiliki. Tetapi ada juga hewn yang memiliki sel berdinding, misalnya pada sel telur unggas, reftil dan sebagainya. Demikian pula ada tumbuhan yang masih belum memiliki dinding sel seperti pada tumbuhan tingkat rendah. Demikian pula vacuola umumnya di miliki oleh sel tumbuhan, tetapi ada juga hewan yang memiliki vacuola, misalnya pada Paramaecium sp dan Euglena viridis. Selanjutnya sel-sel itu berkembang sesuai dengan tempat dan fungsinya membentuk jaringan, organ, sistem organ dan individu.

Seandainya perkembangan sel membentuk jaringan mampu kita kondisikan mungkin akan kita dapatkan jaringan yang kita inginkan. Misalnya sel pada jaringan palisade pada daun kita kondisikan sehingga berubah menjadi sel-sel penyusun jaringan meristematik. Demikian pula sel darah kita kondisikan sedemikian rupa sehingga akan berubah menjadi sel rambut dan sebagainya. Demikian pula sel-sel soma pada tubuh manusia bisa kita kondisikan perkembangannya sehingga berubah menjadi sejenis sel-sel meristematik pada ujung akar dan ujung batang tumbuhan. Sehingga bisa di mungkinkan manusia bisa berkembang biak secara bertunas seperti halnya pada tumbuhan.

Manusia termasuk ke dalam kingdom animalia, Hydra sp juga termasuk kingdom animalia. Jika Hydra sp bisa berkembang biak dengan tunas vegetatif mengapa manusia tidak ?

3. Umumnya sel-sel dalam jaringan tubuh manusia memiliki kemampuan untuk beregenerasi

Jika kulit kita luka, maka sebagian dari sel kulit kita akan rusak dan dengan cepat akan di ganti dengan sel baru sehingga luka kita tertutupi. Demikian pula jika kita memotong rambut atau kuku kita maka tidak berapa lama rambut atau kuku kita akan tumbuh kembali.

Jika batang tanaman kita lukai maka dengan cepat luka tersebut akan tertutupi karena sel-sel yang telah yang telah rusak dengan cepat di ganti oleh sel-sel baru. Kalau ujung akar maupun ujung pohon kita potong maka dengan cepat akan tumbuh kembali. Bahkan potongannya kalau kita tanam kembali maka ada kemungkinan akan tumbuh individu baru (pembiakan vegetatif).

Tentu saja kemampuan sel-sel tersebut beregenerasi sangat tergantung pada kondisi penunjangnya misalnya nutrisi, suhu, kelembaban dan sebabagainya. Jika saja sel-sel pada jaringan tubuh hewan maupun manusia kita kondisikan seperti kondisi yang di butuhkan oleh tumbuhan beregenerasi mungkin saja sel-sel tersebut akan berubah sifat, fungsi maupun bentuknya seperti tumbuhan.

4. Bayi lahir kembar

Menurut Wildan Yatim (1982, h:300): mengatakan bahwa ada 2 macam kembar yaitu kembar identik dengan kembar fraternal.

Kembar identik, sama susunan genetis, golongan darah, jenis kelamin (sex) rupa, bentuk, warna kulit dan sidik jari, gurat tapak; atau setangkup. Berasal dari pembuahan oleh 1 spermatozoon terhadap 1 ovum, sehingga di sebut juga kembar monovuler (1 ovum). Anak kembar ini sama antigen histocompatabilitynya. Kembar identik tak pasti oleh faktor hereditas. Umumnya oleh faktor lingkungan. Kembar identik ini dapat juga semacam rekapitulasi dari sifat leluhur yang jauh, pembiakan secara asexual.

Kembar fraternal, bisa tak sama segalanya, seperti halnya bersaudara sekandung yang kelahirannya berbeda tahun. Berasal dari pembuahan oleh 2 spermatozoon terhadap dua ova. Dikira oleh faktor hereditas. Lebih sering terdapat pada ibu yang sudah berkali-kali melahirkan (multipara). Kembar fraternal suatu rekapitulasi dari pembawaan leluhur yang beranak banyak sekaligus, seperti tikus dan kelinci.

Dari paparan di atas semakin jelas bagi kita bahwa manusiapun bisa melakukan perkembangbiakan secara vegetatif (asexual). Pada peristiwa kembar identik terjadi bukan akibat fertilisasi tetapi akibat pembelahan sel pada tahap embrio setelah sel gamet bertemu.

5. Sejarah dan legenda

Peristiwa kelahiran Nabi Adam as, Siti Hawa ra, Nabi Isa as apakah melalui suatu proses perkawinan? Dalam ilmu biologi setiap perkembangbiakan yang tidak melalui peleburan dua sel gamet adalah termasuk perkembangbiakan secara asexual (vegetatif). Sebenarnya Tuhan telah memberi isyarat kepada kita bahwa itu mungkin saja kalau Dia berkehendak.

Demikian juga jika anda suka nonton serial TV di Indosiar yaitu Angling Darma. Pada serial itu ada sejenis ilmu kedigdayaan yang di sebut dengan ilmu Pancasona di mana jika tubuh sudah tercerai berai oleh suatu pukulan atau sabetan senjata maka dengan cepat pula tubuh itu bersatu utuh dan lukanya tertutup (regenerasi sel dan organ).

Meskipun ini hanya legenda maka tidak mungkin sang pengarang cerita membuat cerita legenda kalau memang ilmu seperti itu tidak pernah ada.

C. KEMUNGKINAN BIOTEKNOLOGI MEMBERI PELUANG

Pada saat sel membelah (mitosis /meiosis) kromatin yang berada di dalam inti sel akan memendek, menebal dan mengganda menjadi dua. Kromatin yang membesar itu di sebut kromosom (Wildan Yatim, 1987,h;29)

Kromosom itu tersusun atas nukleoprotein,yaitu persenyawaan antara asam nukleat (asam organik yang banyak terdapt di dalam inti sel) dan protein seperti histon dan atau proteamin. Yang membawa keterangan genetik hanyalah asam nukleat saja. Asam nukleat di bedakan atas AND dan ARN. AND merupakan persenyawaan kimia yang paling penting pada makhluk hidup, yang membawa keterangan genetik dari sel khususnya atau dari makhluk hidup dalam keseluruhannya dari satu generasi ke generasi berikutnya .Berhubung dengan itu AND adalah gen (Suryo, 1989.h;57).

Dengan pengetahuan yang cukup untuk mengubah-ubah fungsi AND proses pertumbuhan keturunan selanjutnya dapat di manipulasi. Cara ini di kenal dengan nama rekayasa genetika. Untuk rekayasa genetika saat ini di kenal dua teknik yaitu AND Rekombinan dan teknik hibridoma.

Dalam arti umum yang di maksud dengan teknologi AND Rekombian adalah melakukan penyisipan sifat-sifat genetik suatu organisme kepada organisme lain dengan memamfaatkan AND. Caranya dapat di lakukan dengan mengambil sepotong AND dari mikroorganisme yang kita inginkan kemudian di sambungkan ke suatu medium (bahan perantara) yang di namakan plasmida. Dapat juga ke dalam pemakan bakteri yang di beri tanda lamda. Dari proses ini dihasilkan molekul kimerik yang selanjutnya diinjeksikan ke sel bakteri inang. Sedangkan teknik hibridoma pada dasarnya mirip dengan fusi (penggabungan) sel, (Nurchalis Bakry, 1996, hal 59,65).

Dengan kedua teknik ini dimungkinkan untuk menggabungkan dua sifat individu yang berbeda jenisnya sekalipun. Jika sifat reproduksi vegetative pada tumbuhan disisipkan pada gen manusia mungkin akan bisa dihasilkan satu individu manusia yang mampu berkembang biak secara vegetatif.

D. PENUTUP

Dari uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dengan kemajuan Bioteknologi ada kemungkinan manusia berkembangbiak secara vegetatif, meskipun masih pada tingkat analisa sains dan lebih berbau fiksi ilmiah.

Semoga tulisan ini mampu membuka cakrawala berfikir dan mencairkan kebekuan pemikiran kita karena terlalu terikat dengan berbagai norma yang membelenggu, sehingga ilmu pengetahuan bisa berkembang lebih pesat.

Wallohu'alam

Bahan bacaan :

1. Kimbal (H. Siti Soetarmi Tjitrosoma), Biologi edisi kelima, Erlangga, Jakarta, 1991

2. Wildan Yatim, Biologi, Tarsito, Bandung, 1982

3. Wildan Yatim, Reproduksi dan Embriologi, Tarsito, Bandung, 1992

4. Suryo, Genetika Strata 1, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1989

5. Idjah Soemarwoto at all, Biologi Umum II, Gramedia, Jakarta, 1987

6. Nurchalis Bakry at all, Bioteknologi dan Al-Qur'an, Gema Insani Press, Jakarta, 1996

Tidak ada komentar:

Posting Komentar